Senin, 23 Juli 2012

Tokoh

Tersebutlah sebentuk manusia. Ia duduk di bangku penonton. Ia berada di tengah2. Ia ingin duduk di bangku terdepan, sebenarnya. Ia ingin melihat panggung sandiwara dengan jelas, terang dan tak terhalang.
Apa daya ia hanya punya tiket untuk duduk di tempatnya saat ini. Tiket terdepan harganya mahal, ia tidak sanggup. Melebihi kemampuannya.
Kemudian ia melihat ada celah antara bangku terdepan. Ia segera maju. Ia hendak mengambil tempat. Untunglah ternyata ada satu tempat tersisa. Hanya saja kotor, namun tak terhirau olehnya.
Ia selalu menonton sandiwara dengan antusiasme yg tinggi. Ia berusaha mengikuti jalan cerita bahkan berusaha mendalami setiap karakter dari tokoh-tokohnya.
Hingga suatu hari, sebuah keinginan terbit dari sudut hatinya. Ia tak lagi ingin menjadi penonton. Ia tak mau dianggap sekedar. Ia ingin, lebih dari apapun, Ia ingin berada di atas panggung. Bayangkan, Ia ingin dilihat dari perspektif yang sama sekali berbeda. Keinginan yang terlalu muluk. Tak ada yang menghiraukannya. Bahkan tidak mencela. Harusnya Ia menyadari, takdirnya adalah menjadi penonton, bukan ditonton.
Karena iba, aku menjadikannya tokoh dalam tulisan ini. Ia mungkin sekedar penonton, tapi setidaknya kalian jadi mengenalnya kan?

Tidak ada komentar: