Selasa, 26 November 2013

Post ke 301

Ternyata postingan sebelum ini adalah postingan yang ke 300.
Dan... jika kalian jeli dan peka dan memahami gaya bahasa saya, kalian pasti mengerti bahwa bukan saya yang menulis postingan di bawah ini. Ha Ha.

Jadi, ini post ke 301 ya. Terus sebentar lagi saya ulang tahun. Yang ke 21.

Nggak nyambung sih tapi biarin.

Eniwei, usia 21 kalo buat perempuan itu kan sudah boleh nikah, ya? Kalo laki-laki baru boleh umur 25. Bener, nggak?

Bukan, saya belum pengen nikah sekarang kok. Kan belum ada yang ngelamar Kan saya masih pengen selesai kuliah dulu.

#pentingbanget #NikitaBintangIklanKB

Oke. Ini post paling random dan nggak jelas yang saya tulis sepanjang semester ini. Mungkin karena kehidupan di semester 5 ini sungguh kejam. Lebih kejam daripada Ibu Tiri plus kakak-kakak Cinderella.

Maaf. Random level saya sudah mulai kebacut.

Kthxyu aja deh.
Smell your own kethex, thank you and see you!

Senin, 25 November 2013

Welcome Desember

6 hari lagi masuk Desember, yah Alhamdulillah lah bersyukur bisa ketemu Desember lagi
Yang dapat diartikan Bulan lahirku tuh
Tapi apa yang uda aku dapet 21 tahun ini?
Aku harus banyak intropeksi dan perbaiki diri nih, aku cuma seorang mbechi yang tentunya masih mencari jati diri yang sesungguhnya.
Semoga menjelang Desember tahun ini banyak sesuatu nuansa indah yang dapat kutemui dan kurasakan dalam hidupku. Amin

Minggu, 24 November 2013

Hai, Apa Kabar?

Hai, Apa Kabar?

Saya nulis post ini hanya untuk bertanya itu.
'Hai, Apa Kabar?' ini saya tujukan untuk kamu, kalian, kita, bahkan untuk saya sendiri.

Kadang-kadang kita memang berjalan terlalu cepat. Terburu-buru.
Entah karena mengejar sesuatu, atau dikejar sesuatu.
Jadi, ada saat di mana kita harus berhenti sebentar. Diem. Tolah toleh sekeliling. Duduk dulu di bawah pohon. Tolah toleh lagi. Tiduran leyeh-leyeh. Tolah toleh. Makan bekal. Minum. Ketiduran. Baca buku cerita. Apapun.

Lalu bertanya, 'Hai, Apa Kabar?'. Ke semua orang. Yang lewat di depan kita atau yang ikut mengaso bareng kita.

Sebelum melanjutkan jalan, istirahat itu perlu.
Menanyakan kabar juga perlu.

Jadi...

Hai, Apa Kabar, Nik?
Ya... gitu deh. Belakangan ini hidup saya agak kacau. Bagi waktu agak susah. Padahal ya nggak sibuk-sibuk amat. Mungkin kebanyakan mager, mungkin kebanyakan ngeluh, mungkin kebanyakan melakukan hal-hal yang kurang perlu dilakukan.
Tapi, saya happy. Untungnya begitu.
Satu lagi, saya diare. Mungkin karena perut saya nggak kuat makan pedes, tapi lidah saya menuntut dibakar pake cabe. Yang saya menangkan selalu lidah. Selalu. Saya memang jahat dan nggak adil. Maafin ya, rut :( *elus elus perut buncit*


Itu tadi jawaban 'Hai, Apa Kabar?' yang saya tujukan buat diri sendiri.

Bagaimana dengan kamu? Mau jawab 'Hai, Apa Kabar?' dari saya? Boleh.
Mau nanya 'Hai, Apa Kabar?' untuk dirimu sendiri? Lebih boleh lagi. Kadang-kadang,kita perlu nanyain kabar diri sendiri. Terutama kalau nggak ada yang nanyain kabar kita. Ha Ha Ha. Kasian amat :))


Saya tanyain sekali lagi deh buat kamu yang baca post ini, "Hai, Apa Kabar?" :D

Senin, 11 November 2013

Surat di Bawah Bantal

"Malam ini aku menulis surat lagi. Surat untuknya, yang sedang jauh dari jarak pandangan mata.

Menulis surat adalah ritual yang istimewa. Tidak boleh dilakukan alakadarnya. Semua tahapannya sudah kuatur dan terencana, sehingga satu pun tidak ada yang terlupa.

Pertama-tama, aku akan mandi. Aku tidak bisa menulis dengan baik jika badanku terasa lengket dan bau. Aku menyabun badanku dengan bersih, menggosok kuat-kuat, berlulur jika perlu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kedua, aku akan memilih pulpen. Aku punya banyak sekali pulpen. Sebagian besar kubeli hanya karena bentuknya lucu, sebagian kecil kubeli karena murah. Satu pulpen untuk satu surat. Hari ini sepertinya aku akan menggunakan pulpen merah muda dengan hiasan kepala kucing di puncaknya.

Selanjutnya pada tahap ketiga, aku akan menentukan, kertas mana yang paling bagus digunakan hari ini. Terkadang aku memakai kertas surat bergambar kembang-kembang di sisi pojoknya, terkadang aku memakai kertas daur ulang yang terkesan 'nyeni', terkadang jika sedang malas, aku merobek bagian tengah buku tulis adikku. Lalu adikku akan marah. Ia bilang, merobek bagian tengah buku adalah tindakan yang kejam. Hal itu sama seperti mencabut nyawa si buku. Aku tidak percaya padanya. Maksudku, halooo, siapa sih yang akan mendengarkan kicau cerewet bocah laki-laki kelas 3 sd?

Keempat, aku akan mulai menulis. Aku membuka tutup pena perlahan. Sangat perlahan. Kemudian aku mulai mereka-reka bagaimana wajahnya saat ini. Tapi aku tidak bisa. Lagi-lagi yang terbayang di kepalaku hanyalah tampang anak kecil ompong yang mengajakku bermain dan mencari keong.
Walaupun begitu, aku tetap menulis. Aku menulis tentang bagaimana aku masih mengingatnya. Aku menulis bahwa kabarku baik-baik saja dan menanyakan kabarnya serta berharap ia juga baik-baik saja. Aku menulis apa saja. Bahkan aku menulis tentang menu makan malamku yang baru saja kutelan. Tentang kucingku yang hamil lagi dan kemudian melahirkan empat ekor anak kucing. Tentang film kartun yang sedang diputar di televisi. Apa saja. Semuanya.

Kelima, aku melipat kertas yang di dalamnya sudah tercetak baris-baris rapi tulisanku. Aku memasukkannya ke dalam amplop, beserta beberapa sabun kertas warna warni supaya suratku berbau harum ketika ia membukanya. Supaya ia menghirup aroma yang segar saat membacanya.

Tahap terakhir, aku berjalan ke ujung kamarku. Aku meletakkan suratku di bawah bantal. Surat ini akan segera diposkan, lewat mimpi. Aku sudah memilih pos mimpi kilat. Sampainya lebih cepat ketimbang pos mimpi reguler.

Mudah-mudahan bisa sampai ke benaknya, dengan selamat."


Ia mematikan lampu dan berbaring lalu memejamkan mata. Yang barusan diselipkan ke balik bantal adalah suratnya yang ketiga belas. Surat ketiga belas dimana kesemuanya belum berbalas.

Sesosok makhluk kecil mengintip dari balik jendela. Bersayap dan keperakan, ia mendekat ke bawah bantal dengan hati-hati. Terbang berputar, surat di bawah bantal bersinar sebentar. Lalu padam.

Di suatu tempat, seorang laki-laki seusia gadis penulis surat bermimpi. Dalam mimpinya ia membaca sepucuk surat yang dikirimkan sahabatnya di masa kecil. Ia menulis tentang bagaimana ia masih mengingatnya. Ia menulis bahwa kabarnya baik-baik saja dan menanyakan kabarnya serta berharap ia juga baik-baik saja. Bahkan ia menulis tentang menu makan malamnya dan kucingnya yang hamil lagi dan kemudian melahirkan empat ekor anak kucing.

Dalam tidurnya, laki-laki itu tersenyum geli. Ketika terbangun keesokan paginya, dapat dipastikan ia akan merasa bingung karena menemukan sehelai sabun kertas di bawah bantalnya.


Gimana gimana? Kalau bagus komen ya, kalau jelek diem aja. HAHA.
Bercanda, kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan lapang dada. Saya tunggu, ya! :D

Rabu, 06 November 2013

Pokoknya Update

Memang ya, orang yang punya good sense of humor itu adorable.

Sudah gitu aja.

Sekian terimakasih.