Jumat, 30 November 2012

Seringkali

Seringkali saya berharap omongan-omongan yang keluar dari lidah saya nggak terlontar begitu saja. Seringkali juga saya berharap bisa menelan lagi deretan kata yang saya ucapkan.
Seringkali saya menyesal ketika sudah mengucapkan sesuatu. Seringkali juga saya kepikiran apa dampak yang bakal muncul setelahnya.
Seringkali saya berharap omongan-omongan saya bisa menolak terlontar kalo akan berdampak negatif buat orang lain. Seringkali juga saya ingin menampar mulut sendiri kalo udah keceplosan.

Seringkali, saya meyakinkan diri sendiri buat nggak terlalu mikirin pendapat orang soal apa yang saya katakan. Tapi sayangnya, seringkali saya gagal.


"Meyakinkan diri sendiri aja gagal, gimana meyakinkan orang lain?"
*tutup muka pake pusheen*

Untuk Nikita

Berbicara tentang keutamaan shalat Tahajud, Rasulullah SAW pada suatu hari pernah bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat”.

Adapun lima keutamaan di dunia itu adalah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam agama.

Sedangkan yang empat keutamaan di akhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyeberangi jembatan Shirathal Mustaqim, bisa melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar.
4. Catatan amalnya diberikan ditangan kanan.

source : here

Nik, baca itu nik...

Rabu, 28 November 2012

Seniman dan Sandal Jepit

A : "Emang nggak papa mas kalo pake sandal jepit?"
B : "Alah, nggak papa..."
A : "Sapa tau harus pakaian rapi bersepatu baru boleh masuk"
C : "Cuek, kita kan seniman, ya gak?"
B : "Iyo."
A : *mbatin* "Hubungannya make sandal jepit sama seniman apa ya?" *naikin alis*

Menurut saya, menempatkan diri itu SANGAT penting. Jangan mentang-mentang tergabung di komunitas pecinta seni terus jadi ogah rapi dong, ya. Bukannya ngesok atau gimana, tapi berpenampilan rapi kan juga salah satu bentuk menghargai orang. Toh rapi juga nggak harus make dasi terus kemeja dikancing sampe leher kayak pegawai kantoran juga kan. At least pake sepatu lah, jangan sandal jepit. Nggak sopan banget. Prasangka orang sapa yang tau, bisa aja yang liat malah jadi bingung, ini anak mau ikutan lomba apa mau nyikat WC sih. Waduh.
Oiya satu lagi, memberikan cap "seniman" ke diri sendiri itu bukan berarti harus anti kemapanan, kan?

Pembicaraan di atas merupakan pengalaman pribadi. Dengan mudah kalian bisa menentukan saya adalah tokoh yang mana. :))

Selasa, 27 November 2012

Mimpi

Ketika pikirannya sumpek seperti ini, Laranja hanya punya satu tempat untuk kabur. Tidur dan kemudian bermimpi adalah pelarian Laranja dari rutinitasnya di dunia nyata. Dalam mimpi, tidak akan ada yang memberinya segunung tugas dengan deadline yang mencekik. Dalam mimpi pula Laranja tidak perlu bingung mengejar dosen untuk asistensi berlembar-lembar tugas yang harus direvisi berulang kali.
Mimpinya terkadang indah dan menyenangkan. Pernah ia bermimpi menjadi seorang model yang cantik, tinggi, dan langsing. Berlenggak lenggok anggun di atas catwalk dengan luwes. Ketika terbangun, ia mencoba berjalan dengan gaya yang sama seperti mimpinya. Sayang sekali, bahkan dirinya sendiri mengakui betapa buruk cara kakinya melangkah. Lebih mirip bebek yang menahan buang air ketimbang model yang memeragakan pakaian-pakaian berkelas karya desainer terkenal.
Pernah juga ia bermimpi menjadi penjual martabak. Walau hanya menggunakan gerobak sederhana, pembeli yang antre banyak sekali. Seingatnya waktu itu, antrean pembeli martabaknya sepanjang jalan tol. Berbaris rapi memanjang ke belakang. Laranja, dengan beberapa bulir keringat karena panas penggorengan, mulai mengolah adonan martabak. Dengan gaya spektakuler yang menjadi hiburan gratis bagi para pembeli, Laranja melebarkan adonan dengan memutarnya di udara. Puluhan pembeli bertepuk tangan dengan kagum. Kepercayaan diri Laranja meningkat, makin bersemangat ia memutar adonannya dan... adonan yang telah melebar itu terlepas dari jari-jarinya hingga berakhir di kepalanya. Lekat dengan rambut Laranja. Apa yang terjadi setelah itu Laranja tidak pernah tahu karena ia sudah terbangun.
Berbagai mimpi itu, meskipun ada pula mimpi seram seperti tersesat di hutan lebat yang gelap gulita dan dihadang harimau lapar atau terlambat mengembalikan buku di perpustakaan selama dua tahun sampai-sampai ia harus dipanjara karena tidak sanggup membayar dendanya, menurutnya jauh lebih menarik ketimbang dunia nyata yang membosankan dan dipenuhi rutinitas belaka. Lagipula, mimpi itu hanya bertahan selama satu malam kan, ia tidak perlu bertanggungjawab atas apapun yang ia lakukan. Tidak seperti di dunia nyata di mana segala sesuatunya berkelanjutan dan saling berkaitan. Laranja sering sekali berharap ia bisa mengatur sendiri mimpi yang muncul saat ia tidur. Tentunya bakal menyenangkan bila mimpi bisa direncanakan. Tapi di sisi lain ia lebih sering berharap dirinya tidak terlalu banyak berharap. Berharap memberinya harapan, dan harapan yang tak kunjung datang itu melelahkan.


Yang diatas itu saya colong sedikit dari tulisan yang rencananya mau dikirim lomba gitu. Tapi saking banyaknya tugas, keburu lewat deadline.
Lain kali harus lebih disiplin!

Kamis, 22 November 2012

Sotoy Tingkat Asia Tenggara

Buat yang belum yau, saya punya dua orang adek. Yang besar SMA Kelas 3, namanya Oda. Satu lagi namanya Ghoik, kelas 6 SD.

Kali ini saya mau nyeritain soal Ghoik, yang kadar sotoy-nya sampai tingkat asia tenggara.

Kejadian Pertama

Seorang ibu dan dua anaknya sedang makan jagung rebus...
Ghoik : Haduh! Jagungnya puanas kentang-kentang ya!
Oda : Panas kentang-kentang itu istilah buat panas matahari, Nggo .___.

Kejadian Kedua

Seorang ibu memasukkan mobil ke garasi rumah, anak tertua dan anak bungsunya iseng ikut masuk ke dalem mobil.
Saya : Sini! Cubit! *mau nyubit Ghoik*
Ghoik : Nggak mau! *turun dari mobil*
Mama : *turun dari mobil lanjut nutup pager*
Ghoik : *celingukan nunggu saya kok nggak turun-turun*
Saya : *cekikikan di dalem mobil ngintip Ghoik yang nyari saya*
Mama : *ngunci pintu mobil*
Saya : *panik* Ma! Buka Ma! D: *ketok-ketok jendela mobil*
Mama : Kamu ngapain baru turun?
Saya : *melas* Mau ngerjain Ghoik...
Mama : Kasian deh, mau ngerjain malah terkerjain sendiri *ngguyu*
Ghoik : *ngakak* Kapok, itu namanya Jeruk Makan Jeruk!!! *pede*

Enggak ngerti lagi deh sama Ghoik :))