Selasa, 19 Juni 2012

Sayangnya Nggak Bisa

Seandainya bisa milih yang lain, saya pasti nggak akan milih yang itu. Sayangnya, saya nggak ada pilihan lain. Kasian amat *cabut rumput depan rumah* *berasa tukang kebun*

Rabu, 13 Juni 2012

Mengeluh Dengan Bijak

Mengeluh itu manusiawi. Ketika mengalami kesusahan atau masalah pasti ada dorongan buat cerita dan ngeluh. Entah ngeluhnya disimpen sendiri, ditulis, atau diceritain ke orang lain.
Tapiiii yang jadi masalah adalah, sebenernya ketika ngeluh yang kita dapet cuma rasa lega. Masalah yang kita keluhkan nggak akan berkurang sedikitpun, karena ketika ngeluh ke orang lain, kemungkinan muncul solusi yang efektif itu mungkin hanya sekitar 10%.
Masalah yang makin besar adalah ketika kita bikin orang lain yang denger (atau baca, kalo kita ngeluh di social media) keluhan kita jadi ikutan sumpek. Duh.
Saya adalah salah satu orang yang suka mengeluh. Dan karena kebiasaan, jadi ngeremnya agak susah. Saya lagi berusaha mengurangi sih, tapi kalo bener-bener harus ngeluh (terutama di social media seperti twitter), biasanya saya bakal mengemas keluhan itu dengan cara yang beda. Mengeluh versi jayus. Setidaknya meskipun jayus, nggak to the point ngeluh gitu kan #ngeles
Karena ceritanya saya sekarang udah mahasiswa, paling sering bikin buntu ya masalah kuliah. Otomatis kebutuhan ngeluh soal kuliah ini meningkat. Yang paling saya coba pahami tiap mau ngeluh soal kuliah adalah, yang namanya mahasiswa pasti menderita dong. Tugas, ujian, semua jurusan pasti ngalamin lah. Bukan berarti kalo jurusan baru atau yang kurang diminati itu tugasnya enggak banyak. Bukan berarti jurusan lain ujiannya nggak susah dan bikin frustasi. Bukan berarti jurusan lain nggak menanggung beban moral ke masyarakat kalo sekarang kuliahnya asal-asalan. Bukan berarti ada jurusan yang menganggap ketiduran itu bukan dosa besar. Tiap jurusan punya tantangan dan kesulitan sendiri sih.
Semoga kita semua bisa lebih bijak dalam mengeluh. Mumpung masih mahasiswa, kita nikmati saja penderitaan yang ada *pake iket kepala*. Cheers. Hidup mahasiswa.

Jahiliyah

Barusan iseng googling nama sendiri. Berasa narsis banget gitu ya. Biarin, lagi buntu nugas nih soalnya. Nah nggak sengaja nyambung ke postingan blog ini beberapa tahun silam. Astaga, keliatan banget labilnya ._.

Tell me, sampe sekarang saya masih labil nggak sih? Udah mau kepala dua masih labil masaaaa -_-

Selasa, 12 Juni 2012

QOTD

"Ketika aku mencoba melupakan, dia akan kembali. Ketika aku mencoba mengingatnya, dia akan menghilang. Sehingga aku berusaha mengingat bahwa ia sudah tidak ada"

Secara nggak sengaja nonton The Moon That Embrace The Sun tadi siang dan salah satu tokohnya bilang begitu. Masih belum apal nama sama mukanya nih. Nggak sabar libur semester terus nonton dari awal sampe akhir :3

Pathetic

A : makanya cari cowok dong
B : cari, lu pikir gampang -,-
A : nggak gampang emang, tapi butuh perjuangan
B : cewek itu gak bisa jalan duluan tau
A : yaelah hari ini cewek gak bisa jalan duluan, kuno banget. Kamu se udah kepala dua
B : busuk banget deh -.-

Yang di atas itu obrolan random saya sama salah satu temen. Saya masih nggak sependapat sama dia. Menurut saya sih, kalo cewek jalan duluan itu kesannya serem. Nggak tau lagi ya, pendapat orang beda beda kan. Mungkin saya terdengar seperti mama mama yang ngasih nasehat primitif soal beginian ya? :))
Ada lagi quote yang bikin ngakak dari temen saya yang lain. Dia bilang, ada guru di SMA kami yang pernah ngasih wejangan begini, "Jadi perempuan itu nggak perlu ayu. Yang penting kemayu." *brb ngakak gulung gulung dari rumah ke pelukan Iqbal Coboy Junior*
Fyi, bisa nggak kalian mbayangin saya dalam versi...kemayu? Tidak. Dalam mimpi pun tidak :))

Kenapa saya ngepost ini? well, belakangan ini saya makin sering dibully soal...yah, nggak perlu dibahas lah ya. Urusan pribadi banget saya soalnya, kalo ada yang mau tau banget yuk mareh ngobrol secara pribadi sama saya langsung. Sapa tau kita cocok dan bisa melangkah ke jenjang yang lebih serius #eh *khusus cowok mapan tampan dan seiman aja sih sebenernya* *mbok pikir sayembara*

Anggap saja kalian tidak pernah membaca postingan maba pathetic ini :))

Kena Banget

Jadi, mungkin telat banget tapi lomba yang saya ikuti, seleksi PEKSIMINAL Jawa Timur, gagal. Sedih banget. Banget. Banget. Tiba-tiba beberapa hari setelahnya baca koran dan ada tulisannya Endang S.S.N., penulis novel Harmoni Cinta di Ujung Senja. Judulnya Memenangkan Kekalahan. Kok ngena banget gitu sama kekalahan yang baru saya dapet. Ini saya ketik ulang biar bisa kita baca bareng bareng,

"Setiap orang pasti mempunyai mimpi. Namun, tidak semua orang berani untuk mengejarnya. Ada yang hanya berani mengangankannya. Ada yang sekadar menuliskannya. Bahkan, tidak jarang yang cukup menggantungkannya di langit. Mimpi memang menjadi hak setiap orang, tetapi layak untuk diperjuangkan.
Sebuah perjalanan pernah mengantarkan aku pada jejak itu. Menulis adalah dunia yang selama ini tidak pernah terbayang akan menjadi sentuhan dalam hidupku. Aku selalu berpendapat bahwa setiap orang diberi kemampuan tersebut. Karena itu, apa istimewanya? Semua berawal dari merebaknya jejaring sosial yang memberikan keleluasaan untuk berekspresi. Nyaris segala yang dilihat, didengar, dan bahkan dirasa dalam hati tertuang dalam status yang mudah dibaca banyak orang. Setiap orangjuga bisa mengunggah catatan dan dibaca yang lain.
Di sinilah semua bermula. Saat ditugaskan di sebuah kecamatan yang cukup jauh dari kota, aku menemui banyak hal. Aku tulis semua itu dalam catatan-catatan online tanpa harapan ada yang membacanya. Hingga suatu hari, seseorang yang tidak aku kenal memberiku kejutan dengan menyuruhku mengikuti salah satu perlombaan menulis.
Keyakinannya akan tulisanku tidak sama dengan keyakinanku. Desakan yang terus menerus meluluhkanku juga. Bagi pemula, menunggu pengumuman menjadi saat yang sangat menegangkan. Aku kirim satu tulisan dengan jeda waktu penentuan hasil penjurian selama satu bulan. Alhasil, tulisanku tidak lolos dan mendapat kritik yang sangat pedas.
Terbayang tidak ketika tulisan pertamamu mendapat cacian beragam? Mulai kualitas karya yang rendah, cita rasa yang tidak bernilai, dan sebagainya. Manusiawi. Aku pun down dan tidak pernah ingin meneruskan langkah ini lagi.
'ketika kamu mendapatkan nilai jelek di sekolah, apakah kamu akan berhenti sekolah atau belajar untuk memperbaiki nilai hingga akhirnya bisa naik kelas?' Pertanyaan tersebut sederhana. Namun di situlah titik balik tersebut. Ketika apa yang kita usahakan memberikan hasil yang tidak diharapkan, terpuruk dan menyerah bukanlah jawabannya. Aku menyalakan semangat, bergerak lagi, dan kembali belajar tanpa kenal kata menyerah. Tidak akan pernah ada yang sia-sia untuk sebuah kerja keras.
Menulis, menulis, menulis. Lupakan pengumuman dan teruslah menulis. Pada satu tahap berikutnya aku sampai pada pemahaman bahwa menulis adalah jiwa, bukan sekadar piala. Kemenangan adalah bonus yang didapat dari kerja keras yang diusahakan. Masihkah meratapi kekalahan menjadi sebuah perkara yang harus dipeluk erat?
Memenangkan kekalahan menjadi salah satu jalan yang akan membuat kita bangkit. Hanya orang-orang yang sanggup belajar dari kegagalannya yang akan mampu menjadi pemenang. Jangan takut untuk gagal. Menangkan kekalahan untuk kemenangan selanjutnya"


Menohok sekali ya. Eniwei setelah baca tulisan itu saya jadi nggak terlalu sedih lagi. Terimakasih ya mbak Endang *sok kenal*. Terimakasih juga buat teman-teman saya yang sudah menghibur : nadhia, reta, dek kim, hela, eba, bibo, semoga kalian makin kece! :)