Minggu, 18 Mei 2014

Harusnya Sih Begini, Harusnya...



Harusnya sih begini...
Age is just a number. Or a word lah.
Number artinya angka.
Word artinya kata.
'Angka' sama 'kata' bukan sinonimnya 'masalah' kan? Jadi gak ada masalah kan, ya? Iya.

MIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI.
Pertanyaannya adalah...
Coba hitung berapa banyak jumlah huruf 'H' dan 'I' pada 'MIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHIHI' di atas?

Penipuan Publik Tapi Bagus

Apa pendapat kalian soal gambar di atas?

Inilah pendapat adek saya : "Kok kon keayuen ngono?"
Jleb.

Jadi...itu gambarnya orang. Orangnya rembes dan gondes. Untung gambarnya bagus.
Dia pernah janji mau gambar saya gitu. Dulu. Bahkan saya aja lupa pernah dijanjiin.
Terus...ya gitu. Dia bisa nemu waktu yang pas banget buat nepatin janji.
Pas banget waktunya. Pas banget. Sekali lagi, ya biar kalian mangkel. PAS BANGET WAKTUNYAAAA.

Sebenernya gambar yang dia kasih bukan cuma ini. Ada tiga. Ini yang pertama.

Terus yang kedua...bagus bangeeeet. Terlalu bagus. Lagi lagi saya-nya terlalu cantik di gambar, haha. Begitu liat gambar kedua ini, dengan bego air mata saya keluar. Bukan, bukan karena saya-nya terlalu cantik di gambar. Tapi maksud gambarnya itu lho...dalam sekali :') (Sayang sekali saya nggak bisa nunjukin ke kalian jadi silakan nebak sendiri gambarnya kayak gimana :p)

Kira kira sedalam samudra gitu lah. Enaknya samudra hindia atau samudra pasifik?
Oke. Abaikan.

Yang ketiga...juga sama bagusnya. Kali ini saya nggak bisa komen saya-nya terlalu cantik di gambar atau enggak. Soalnya gambarnya tampak belakang gitu haha.
(Lagi lagi sayang sekali saya nggak bisa nunjukin ke kalian jadi silakan nebak sendiri gambarnya kayak gimana :p)

Buat yang gambar, kalo udah baca postingan ini, gambarin aku lagi doooooong :)) *ngelunjak*

Special Pake Telur

“Apakah kamu pernah punya perasaan padaku?” Kalimat itu sontak membuat wajah Si Wanita mengeras. Suasanya yang tadinya hangat dan penuh tawa berubah menjadi dingin dan sunyi.
Si Wanita mengajukan sebuah pertanyaan sebagai jawaban, “Tidak ada urusannya denganmu, kan?”
“Tentu saja ada. Bukankah perasaan yang kita bicarakan ini tentang aku?” Pria di sampingnya berusaha mempertahankan argumen.
Wanita itu mendengus hingga udara terhembus ke blus merah jambu yang dikenakannya. Nada bicara pria itu, sangat khas dan sangat dikenalnya. Keras kepala. “Tentu saja tidak ada hubungannya. Bukankah perasaan yang kita bicarakan ini perasaanku?”

Keduanya terdiam.

Si Pria sepertinya ingin mengeluarkan kalimat lagi untuk membantah Si Wanita, tapi ditahannya.
Dengan anak-anak rambut yang menjuntai keluar dari ikatan rambutnya, Si Wanita tersenyum. “Lagipula, untuk apa kamu tahu? Bukankah perasaanmu sudah jelas tertuju padanya? Maka perasaanku padamu sama sekali tidak ada artinya, bukan?”
Ia membuka pintu dengan jari jemarinya yang tidak lentik. “Nah. Karena obrolan ini menjadi semakin tidak penting, lebih baik aku pulang saja. Sampai jumpa lagi, ya. Terima kasih.”
Setelah wanita itu menutup pintu, Si Pria menatap dua cangkir kosong di hadapannya.

Ia termenung.

Ia memikirkan dialog yang baru saja terjadi.


“Kamu salah. Justru diantara semua obrolan kita, ini yang paling penting,” gumamnya, kepada tempat duduk kosong di hadapannya.


---------------------------------------------------------------------------------------------


Ini spesial buat Nadh yang minta lanjutan cerita ini pas ketemu di kumpul-kumpul bareng Matrix.
Buat yang belum tau, cerita ini tokohnya sama kayak yang di sini

Anw, somehow setiap habis main sama anak-anak Matrix, hati saya rasanya gembira. Kayak ada pipis yang ngalir di dalemnya gitu. Anget.
HAHAHA jayus, ya? Maaf.
Intinya saya happy lah ini. Makasih, guys! :')