Selasa, 31 Desember 2013

Resolusi Tahun Baru

Resolusi Tahun Baru Nikita untuk 2014:

1. Ngurangin jajan nggak penting. Yaitu jajan yang dibeli karena lapar mata, bukan lapar mulut. Yang dibeli karena pengen ngunyah, bukan karena pengen menuhin perut.
2. Rajin menabung.
3. Menjauh dari sifat suka nelat, mager, dan berbagai kata lain yang merupakan cabang-cabang dari kemalasan.





4. Berusaha supaya resolusi-resolusi di atas tidak hanya menjadi wacana belaka.


Jadi, apa resolusimu untuk 2014, guys?

Selamat Ketawa dan Gila

Tiga minggu terakhir semester 5. *tarik napas* GILA UDAH MAU HABIS AJA INI SEMESTERNYAAAAAAAAAA *hembuskan napas*
Waktu memang berjalan cepat sekali, ya? Tiba-tiba semester 5 udah mau habis aja. Tiba-tiba saya udah umur 21++++ aja. Tiba-tiba saya udah pengen nikah punya anak aja...

Tiga minggu terakhir sebelum semester berakhir selalu menjadi minggu-minggu yang rawan. Bawaannya sensi terus. Bukan, bukan karena hormon bawaan PMS. Ini hormon bawaan tugas besar.
Yoi bro. Kenapa dikit, bete. Ada yang nggak beres dikit, nangis.
Jadi ya gitu deh.
Tapi, di minggu-minggu rawan yang kayak gini, kita akan bisa merasakan betapa bahagianya punya teman. Sepusying apapun kepalamu, semules apapun perutmu, selama ada teman-teman pasti semuanya bisa dilalui.

Sori, ini edisinya lagi sok asik. Kalau jijik, kalian bisa skip postingan ini. DAN NGGAK USAH TEMENAN SAMA SAYA LAGI! HUH.
Maaf. Sensinya kumat. Kalimat barusan bisa diabaikan, ya? Iya.

Di akhir semester yang dipenuhi deadline tugas besar kayak gini, jangan serius-serius. Nanti gila.
Ketawa aja yang banyak.
Ketawa aja yang banyak kayak orang gila.
Ketawa aja yang banyak kayak orang gila biar dikira gila beneran.
At least dikira gila masih lebih bagus kan, daripada gila beneran?

Selamat menjalani akhir semester!
Selamat ketawa dan gila!

Selasa, 26 November 2013

Post ke 301

Ternyata postingan sebelum ini adalah postingan yang ke 300.
Dan... jika kalian jeli dan peka dan memahami gaya bahasa saya, kalian pasti mengerti bahwa bukan saya yang menulis postingan di bawah ini. Ha Ha.

Jadi, ini post ke 301 ya. Terus sebentar lagi saya ulang tahun. Yang ke 21.

Nggak nyambung sih tapi biarin.

Eniwei, usia 21 kalo buat perempuan itu kan sudah boleh nikah, ya? Kalo laki-laki baru boleh umur 25. Bener, nggak?

Bukan, saya belum pengen nikah sekarang kok. Kan belum ada yang ngelamar Kan saya masih pengen selesai kuliah dulu.

#pentingbanget #NikitaBintangIklanKB

Oke. Ini post paling random dan nggak jelas yang saya tulis sepanjang semester ini. Mungkin karena kehidupan di semester 5 ini sungguh kejam. Lebih kejam daripada Ibu Tiri plus kakak-kakak Cinderella.

Maaf. Random level saya sudah mulai kebacut.

Kthxyu aja deh.
Smell your own kethex, thank you and see you!

Senin, 25 November 2013

Welcome Desember

6 hari lagi masuk Desember, yah Alhamdulillah lah bersyukur bisa ketemu Desember lagi
Yang dapat diartikan Bulan lahirku tuh
Tapi apa yang uda aku dapet 21 tahun ini?
Aku harus banyak intropeksi dan perbaiki diri nih, aku cuma seorang mbechi yang tentunya masih mencari jati diri yang sesungguhnya.
Semoga menjelang Desember tahun ini banyak sesuatu nuansa indah yang dapat kutemui dan kurasakan dalam hidupku. Amin

Minggu, 24 November 2013

Hai, Apa Kabar?

Hai, Apa Kabar?

Saya nulis post ini hanya untuk bertanya itu.
'Hai, Apa Kabar?' ini saya tujukan untuk kamu, kalian, kita, bahkan untuk saya sendiri.

Kadang-kadang kita memang berjalan terlalu cepat. Terburu-buru.
Entah karena mengejar sesuatu, atau dikejar sesuatu.
Jadi, ada saat di mana kita harus berhenti sebentar. Diem. Tolah toleh sekeliling. Duduk dulu di bawah pohon. Tolah toleh lagi. Tiduran leyeh-leyeh. Tolah toleh. Makan bekal. Minum. Ketiduran. Baca buku cerita. Apapun.

Lalu bertanya, 'Hai, Apa Kabar?'. Ke semua orang. Yang lewat di depan kita atau yang ikut mengaso bareng kita.

Sebelum melanjutkan jalan, istirahat itu perlu.
Menanyakan kabar juga perlu.

Jadi...

Hai, Apa Kabar, Nik?
Ya... gitu deh. Belakangan ini hidup saya agak kacau. Bagi waktu agak susah. Padahal ya nggak sibuk-sibuk amat. Mungkin kebanyakan mager, mungkin kebanyakan ngeluh, mungkin kebanyakan melakukan hal-hal yang kurang perlu dilakukan.
Tapi, saya happy. Untungnya begitu.
Satu lagi, saya diare. Mungkin karena perut saya nggak kuat makan pedes, tapi lidah saya menuntut dibakar pake cabe. Yang saya menangkan selalu lidah. Selalu. Saya memang jahat dan nggak adil. Maafin ya, rut :( *elus elus perut buncit*


Itu tadi jawaban 'Hai, Apa Kabar?' yang saya tujukan buat diri sendiri.

Bagaimana dengan kamu? Mau jawab 'Hai, Apa Kabar?' dari saya? Boleh.
Mau nanya 'Hai, Apa Kabar?' untuk dirimu sendiri? Lebih boleh lagi. Kadang-kadang,kita perlu nanyain kabar diri sendiri. Terutama kalau nggak ada yang nanyain kabar kita. Ha Ha Ha. Kasian amat :))


Saya tanyain sekali lagi deh buat kamu yang baca post ini, "Hai, Apa Kabar?" :D

Senin, 11 November 2013

Surat di Bawah Bantal

"Malam ini aku menulis surat lagi. Surat untuknya, yang sedang jauh dari jarak pandangan mata.

Menulis surat adalah ritual yang istimewa. Tidak boleh dilakukan alakadarnya. Semua tahapannya sudah kuatur dan terencana, sehingga satu pun tidak ada yang terlupa.

Pertama-tama, aku akan mandi. Aku tidak bisa menulis dengan baik jika badanku terasa lengket dan bau. Aku menyabun badanku dengan bersih, menggosok kuat-kuat, berlulur jika perlu. Dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kedua, aku akan memilih pulpen. Aku punya banyak sekali pulpen. Sebagian besar kubeli hanya karena bentuknya lucu, sebagian kecil kubeli karena murah. Satu pulpen untuk satu surat. Hari ini sepertinya aku akan menggunakan pulpen merah muda dengan hiasan kepala kucing di puncaknya.

Selanjutnya pada tahap ketiga, aku akan menentukan, kertas mana yang paling bagus digunakan hari ini. Terkadang aku memakai kertas surat bergambar kembang-kembang di sisi pojoknya, terkadang aku memakai kertas daur ulang yang terkesan 'nyeni', terkadang jika sedang malas, aku merobek bagian tengah buku tulis adikku. Lalu adikku akan marah. Ia bilang, merobek bagian tengah buku adalah tindakan yang kejam. Hal itu sama seperti mencabut nyawa si buku. Aku tidak percaya padanya. Maksudku, halooo, siapa sih yang akan mendengarkan kicau cerewet bocah laki-laki kelas 3 sd?

Keempat, aku akan mulai menulis. Aku membuka tutup pena perlahan. Sangat perlahan. Kemudian aku mulai mereka-reka bagaimana wajahnya saat ini. Tapi aku tidak bisa. Lagi-lagi yang terbayang di kepalaku hanyalah tampang anak kecil ompong yang mengajakku bermain dan mencari keong.
Walaupun begitu, aku tetap menulis. Aku menulis tentang bagaimana aku masih mengingatnya. Aku menulis bahwa kabarku baik-baik saja dan menanyakan kabarnya serta berharap ia juga baik-baik saja. Aku menulis apa saja. Bahkan aku menulis tentang menu makan malamku yang baru saja kutelan. Tentang kucingku yang hamil lagi dan kemudian melahirkan empat ekor anak kucing. Tentang film kartun yang sedang diputar di televisi. Apa saja. Semuanya.

Kelima, aku melipat kertas yang di dalamnya sudah tercetak baris-baris rapi tulisanku. Aku memasukkannya ke dalam amplop, beserta beberapa sabun kertas warna warni supaya suratku berbau harum ketika ia membukanya. Supaya ia menghirup aroma yang segar saat membacanya.

Tahap terakhir, aku berjalan ke ujung kamarku. Aku meletakkan suratku di bawah bantal. Surat ini akan segera diposkan, lewat mimpi. Aku sudah memilih pos mimpi kilat. Sampainya lebih cepat ketimbang pos mimpi reguler.

Mudah-mudahan bisa sampai ke benaknya, dengan selamat."


Ia mematikan lampu dan berbaring lalu memejamkan mata. Yang barusan diselipkan ke balik bantal adalah suratnya yang ketiga belas. Surat ketiga belas dimana kesemuanya belum berbalas.

Sesosok makhluk kecil mengintip dari balik jendela. Bersayap dan keperakan, ia mendekat ke bawah bantal dengan hati-hati. Terbang berputar, surat di bawah bantal bersinar sebentar. Lalu padam.

Di suatu tempat, seorang laki-laki seusia gadis penulis surat bermimpi. Dalam mimpinya ia membaca sepucuk surat yang dikirimkan sahabatnya di masa kecil. Ia menulis tentang bagaimana ia masih mengingatnya. Ia menulis bahwa kabarnya baik-baik saja dan menanyakan kabarnya serta berharap ia juga baik-baik saja. Bahkan ia menulis tentang menu makan malamnya dan kucingnya yang hamil lagi dan kemudian melahirkan empat ekor anak kucing.

Dalam tidurnya, laki-laki itu tersenyum geli. Ketika terbangun keesokan paginya, dapat dipastikan ia akan merasa bingung karena menemukan sehelai sabun kertas di bawah bantalnya.


Gimana gimana? Kalau bagus komen ya, kalau jelek diem aja. HAHA.
Bercanda, kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan lapang dada. Saya tunggu, ya! :D

Rabu, 06 November 2013

Pokoknya Update

Memang ya, orang yang punya good sense of humor itu adorable.

Sudah gitu aja.

Sekian terimakasih.

Selasa, 03 September 2013

Cinderella

Ketika baca kisah cinderella,pernah nggak kamu iri?

Saya pernah.

Saya pengen punya ibu peri.
Saya pengen punya sepatu kaca.
Saya pengen dansa sama pangeran (HAHAHA!).
Tapi saya nggak pengen punya ibu sama dua sodara tiri juga sih. (kalau saya jadi cinderella, mereka udah saya jambak sampe botak).

Emang kece banget itu ceritanya.

Tapi...gimana kalau dongeng itu sebenernya punya versi lain?

Bagaimana jika cinderella itu nggak happily ever after?
Bagaimana jika sebenarnya pangeran itu ngondek dan nyari cinderella ke seluruh pelosok negeri karena pengen sepatu kacanya, instead of 'mencintainya setengah mati'?

Ya sudahlah. Nggak perlu dipikirin. Mending kalian mikirin hal lain yang lebih penting. 'Bagaimana menghadapi 24 sks di semester ini', misalnya.

Senin, 15 Juli 2013

Teruntuk Nanda

HALOOO NAN!
Akhirnya sahabat pena jadi-jadianku nambah lagi. Yeee. Tepuk Tangaaan. *tepuk tangan*

Makasih suratnya ya, Nan. Tapi kenapa kamu cuma bikin satu surat buat Aku, Alga, sama Maria sekaligus sih? Kamu pikir surat bisa dibagi, gitu? Hati aja nggak bisa dibagi apalagi surat, Nan. Ihikhikhikhik.

Aku turut berduka ya atas kesendirianmu seharian itu. Etapi bukannya kamu udah biasa sendiri, ya? Aku turut menyesal bacanya. Aku nggak tega. Aku ngerasa, kisah yang kamu ceritain di suratmu itu terlalu menyedihkan dan memilukan. Aku nggak sanggup. Ihikhikhikhik.

Seharusnya waktu kamu ditinggal keluargamu, kamu undang temen-temen TKmu aja. Terus kalian bebas deh party-party, mumpung rumah lagi kosong. Ihikhikhikhik. Seru, kan? Kapan-kapan kalo kamu di rumah sendirian lagi, bikin kayak gitu aja. Jangan lupa ajak aku ya, terutama kalo ada temen TKmu yang kece, yang kira-kira cocok bersanding sama aku gitu lah. Ihikhikhikhik.

Jadinya, Papa Mamamu jadi nonton nggak? Romantis ya orangtuamu masih suka nonton bareng padahal anaknya aja belum ada temen nonton. Aku nanti juga pengen ah, tetep romantis sampe tua. Ihikhikhikhik.
Terus kamu udah nonton Pasific Rim belum? Kalo belum buruan, Nan. Jangan nonton FTV terus. Ihikhikhikhikhik.

Mungkin ini dulu ya surat dari aku.
Jangan lupa dibales, ya. Jangan lupa juga buat mengabaikan setiap 'Ihikhikhikhik' yang aku tulis. Ihikhikhikhik.

Kthxbai itu artinya 'Kethex Bai'. Ihikhikhikhik.
Smell your own kethex and bai,

Any Riaya Nikita, wanita berprinsip, umur...ah pokoknya lebih muda daripada kamu lah. Ihikhikhikhik. :)

Teruntuk Maria (4)

Hai Mar apa kabar, tanpa terasa ternyata aku sudah masuk ke tahap 'Teruntuk Maria' bagian keempat. Hebat! :')

Kali ini aku berusaha bales suratmu secepat mungkin jadi kamu nggak sempet galau gara-gara nungguin surat dari aku. Lebih baik kamu menggalaukan ke-single-anmu saja daripada menggalaukan balasan suratku. Halah.

Eniwei, lewat tulisan ini aku mau menyampaikan banyaaaaak terimakasih atas bantuanmu.
Jadi hari itu, aku lagi sibuk banget Mar. Aku sibuk ngerapihin folder-folder di laptopku. Terus mendadak aku kaget, FOLDER PWK PUNYAKU DARI SEMESTER SATU SAMPE SEMESTER EMPAT ILANG. Lenyap tanpa bekas.
Aku kaget banget. Kaget banget. Banget.
Biar kamu makin percaya, tak ulangi sekali lagi.
Aku kaget banget. Kaget banget. Banget.
Nah.
Akhirnya, karena sebel sekaligus bingung sekaligus putus asa dan karena pada dasarnya aku memang anaknya cengeng, aku nangis. Nangisin cowok aja nggak pernah, ini nangisin folder. Jadi kesimpulannya, folder data kuliah itu lebih berharga ketimbang cowok. #ikiopo

Kemudian namamu muncul di kepalaku gitu Mar. Bunyinya "ting!" gitu.

Terus aku whatsapp kamu terus kamu bilang ke aku buat nginstall software recover my files terus kamu bahkan ngasih link download dropboxnya via twitter.

Sungguh mulia hatimu, Mar..
Terimakasih, Mar..
Jutaan bahkan milyaran liter sayur oyong dan sayur lodeh takkan cukup membalasnya, Mar.. :')

Karena kamu Rabu besok mau ke Surabaya, ayo kita bicarakan hal yang nggak jadi kita bicarakan di Taman Sulfat ya. Mudah-mudahan nggak keterusan jadi rumpik ala tante arisan. Pffftttt.


Sampai jumpa Hari Rabu!

Any Riaya Nikitah Hasiholan, calon istrinya Rio Dewanto.

Esai Jaman SMA (2)

Aku cinta Indonesia. Sebaris kalimat ini tentu sangat mudah saya ucapkan. Saya sudah belajar bicara sejak balita. Apalagi sekedar saya baca. Apa sulitnya? Toh saya sudah belajar membaca sejak taman kanak-kanak. Menuliskannya? Tentu saja mudah, untuk masuk sekolah dasar saja perlu tes menulis. Jika saya tidak mampu menulis kalimat itu, tidak mungkin saya bisa melanjutkan sampai ke sekolah menengah atas, bukan?

Aku cinta Indonesia. Kalimat biasa, dengan subjek, predikat, dan objek. Standar sepeti kalimat lain tentang cinta. Lalu, apa masalahnya? Masalahnya, kalimat mengandung makna yang begitu kompleks dan berat. Jika saya mengatakan cinta pada suatu hal, saya harus benar-benar cinta pada hal itu. Nah, sekarang muncul pertanyaan besar di kepala saya. Apakah saya benar-benar mencintai Indonesia? Sudah cintakah saya pada tumpah darah saya ini?

Aku cinta Indonesia. Tentu saja tak mudah dikatakan belakangan ini. Di saat begitu banyak hal berbau luar negeri di sekitar saya. Kemanapun saya melangkahkan kaki, brand-brand luar bertebaran di sekeliling saya. Ke manapun mata memandang, hamper selalu saya menangkap merek luar ini. Di tas teman sekelas , sepatu tim basket sekolah , parfum ibu, pakaian remaja yang saya temui di pusat perbelanjaan, juga barang-barang saya sendiri. Ketika saya lapar dan ingin makan di luar, restoran yang saya kunjungi pun bukan milik orang Indonesia. Pantaskah saya mengucapkan kalimat “Aku cinta Indonesia”?

Ah, Aku cinta Indonesia mungkin tidak berarti apapun bagi saya. Saya tidak hafal lagu-lagu daerah nusantara. Jangankan hafal, daerah asal lagunya pun banyak yang saya tidak tahu. Injit Injit Semut,O Ina Ni Keke, atau Burung Tantina, saya tak pernah dengar lagu itu. Hanya judulnya saja yang pernah saya baca di buku IPS SD. Alih-alih lagu dalam negeri, playlist pemutar musik saya isinya lagu-lagu barat dan korea. Beberapa memang ada yang lagu pop Indonesia, namun jarang sekali saya dengarkan. Jika saya tak paham musik negeri sendiri, apakah etis saya memenuhi memori handphone saya dengan lagu-lagu luar?

Aku cinta Indonesia. Saya tidak mau kalimat indah ini sekedar enak dibaca. Saya tidak ingin kalimat sarat arti ini hanya tertulis dalam spanduk atau banner di perempatan jalan. Saya enggan membayangkan kalimat ini jadi kalimat kosong, hanya slogan acara komersial. Tidak. Saya harus melakukan sesuatu, paling tidak, mulai dari diri sendiri.

Aku cinta Indonesia. “Aku kan cinta produk dalam negeri!” betapa bangganya saya ketika akhirnya saya bisa mengucapkannya di depan salah seorang teman saya. Mengapa? Pasalnya, saat itu saya sedang mengenakan sepatu baru. Sepatu baru yang berbeda. Biasanya, saya memakai produk keluaran luar. Tapi hari itu, yang saya pakai adalah sepatu kulit magetan. Buatan anak negeri. Modelnya cukup menarik, dan yang paling penting buat saya adalah kualitasnya tidak kalah bagus. Awet sekali. Memang, saya baru mulai dari sepatu, namun segala sesuatu butuh proses kan? Saya harap, saya bisa mulai perubahan dalam bidang yang lain. Dari hal yang kecil menuju besar, saya rasa itu tidak terlalu sulit jika sudah terbiasa nantinya.

Aku cinta Indonesia tidak melulu soal politik. Juga bukan sekedar pendidikan kewarganegaraan.

Aku cinta Indonesia. Mungkin nasionalisme saya belum sebanding dengan pahlawan-pahlawan di masa lalu yang rela mengorbankan nyawa demi bangsa kita. Setidaknya, ada secercah rasa bangga di hati saya pada negara kepulauan yang saya tinggali sejak lahir ini. Saya jatuh cinta pada Indonesia karena makanan khasnya, karena pakaian daerahnya, karena batiknya, karena budayanya yang beragam, juga karena tanahnya yang gemah ripah loh jinawi. Wah, saya rasa, mulai saat ini saya bisa mengucapkan “Aku cinta Indonesia” dengan lantang dan bangga!


Nah, ini esai lain saya jaman SMA. Lagi-lagi esainya dibuat untuk ikut lomba, tapi sayang sekali esai ini nggak menang. Yang menang temen saya satu sekolah juga sih. Terus dibacain kan esai punya dia, buset ternyata jauh banget sama punya saya. Bagusan dia sih pastinya :))

Esai Jaman SMA

Berbeda. Apa arti berbeda? Berbeda itu tidak sama. Tidak seragam. Tidak persis. Tak serupa. Tak sebentuk. Tidak sepaham. Tidak sealiran. Benarkah arti berbeda hanya itu? Saya ingin tahu, apa arti perbedaan.

Saya tinggal di perumahan yang notabene penghuninya adalah orang-oranng keturunan Cina dan umumnya umat Kristiani. Saya sendiri terlahir di keluarga Jawa tulen dan beragama Islam. Betapa senangnya saya, karena tinggal di lingkungan yang nyaman dan ramah. Tetangga saya –yang rata-rata berkulit putih dan bermata sipit itu- sangat friendly dan welcome. Tak pernah ada yang namanya cek cok antar ras, agama, dan lain-lain. Bahkan, setiap lebaran tiba, keluarga saya selalu dapat paket istimewa berupa cookies atau cake. Nyam nyam. Dari sini saya tahu, berbeda artinya tinggal di lingkungan yang ramah dan menyenangkan. Saya masih ingin tahu apa arti perbedaan.

Perbedaan adalah hal yang mutlak. Kita semua berbeda. Perbedaan itulah yang membuat kita spesial. Istimewa. Bukan berarti karena setiap orang spesial maka tak ada yang spesial, tentunya. Tiap orang punya titik-titik spesial yang berbeda. Dari hal tersebut saya menyadari bahwa perbedaan itu nyata, dan indah. Hm, apa arti perbedaan?

Ketika saya tengok sekeliling, saya berpikir, apakah semuanya berasal dari suku yang sama? Apakah semuanya beragama sama dengan saya? Tidak. Alangkah bosannya kalau semua orang sama. Hambar. Saya heran, mengapa masih saja terjadi perang antar suku atau ras? Bukankah menjalin hubungan baik bersama perbedaan akan lebih nikmat? Sulitkah menjalin persahabatan di tengah jurang perbedaan? Sama sekali tidak. Saya punya banyak sekali teman yang tidak sesuku atau seagama dengan saya. Bahkan, salah satu teman dekat saya memiliki keyakinan yang berbeda. Lantas, apakah saya merasa perbedaan menghalangi saya dalam bersosialisasi? Lagi-lagi jawabannya adalah tidak. Saya mendapatkan satu lagi definisi perbedaan, yaitu memiliki banyak teman. Benarkah itu arti perbedaan?

Beberapa teman kerap menggoda saya karena cara bicara saya. Ya, terbiasa hidup di keluarga yang ‘sangat Jawa’ membuat lidah saya lekat dengan ‘ke-Jawaan’. Teman-teman mengatakan, saya medhok Jawa. Malah, beberapa seringkali menirukan cara bicara saya setelah saya mengeluarkan sebaris kalimat. Malukah saya? Tidak. Saya justru bangga. Saya lahir dan tinggal di Jawa kok, buat apa saya malu? Lagipula, toh karena medhok saya itulah teman-teman mengenal dan mengingat saya. Jadi, buat apa saya malu? Jadi, arti perbedaan adalah sangat bangga pada suku di mana saya dilahirkan tanpa negative thinking akan apapun. Tapi saya masih ragu, sebenarnya apa itu perbedaan?

Perbedaan itu misteri yang menantang kita untuk memecahkannya. Dari balik dinding ketidakseragaman, kita dapat mengintip ribuan, bahkan jutaan rahasia yang disembunyikan kehidupan. Melalui satu kata perbedaan, berkembanglah banyak cabang permasalahan yang nantinya memancing ranting-ranting penyelesaian.

Apa itu perbedaan? Saya masih belum tahu. Artinya, definisinya, serta aplikasinya sangat luas. Luas sekali sampai saya tak mampu memahami semuanya. Yang saya yakin hanya satu hal, hidup ditengah perbedaan itu asyik!


Itu adalah salah satu esai yang saya bikin buat lomba jaman SMA dulu. Kalo dipikir-pikir saya udah mau masuk tahun ketiga kuliah ya. Cepet banget. Nggak kerasa. Udah tua, Nik, eling...

Jumat, 12 Juli 2013

Introspeksi

“Segala puji bagi Allah karena atas nikmat-Nya kita bisa bertemu kembali dengan Bulan Ramadhan dan berkumpul bersama pada kesempatan kali ini.”
Hampir semua imam tarawih pasti mulai ceramah dengan kalimat itu. Tadinya saya mendengarkan sambil lalu, bahkan kadang-kadang sambil ngantuk kalo seharian banyak kegiatan dan nggak tidur siang.

Tapi hari ini lain.

Hari ini saya baru sadar bahwa kalimat di atas bukan sekedar kalimat pembuka.

Semua ini bermula sejak saya membuka mata setelah balik tidur setelah sholat shubuh. Seperti sudah kebiasaan, begitu bangun saya langsung megang hape dan ngecek ada notifikasi apa saja. Nah. Di sinilah masalah muncul. Trackpad hape saya tiba-tiba macet, susah digerakin ke atas-bawah apalagi kanan-kiri. Padahal waktu sahur masih bisa dipake walaupun kondisinya emang udah menyedihkan, ngelupas di sana sini.

Karena bete, saya jadi uring-uringan. Sepagian. Sampe siang. Nyuci baju, sambil cemberut. Ngerapiin piring sambil cemberut juga. Buang sampah juga cemberut. Pas liat kaca, saya makin cemberut soalnya bete liat muka sendiri yang cemberut melulu.

Rencananya siang ini, saya mau ke Plaza Marina bareng Bakna (sepupu saya) buat nyoba benerin hape. Tapi begitu kemageran saya mulai surut buat berangkat, Mama tiba-tiba bilang,

“Ayo Ki, anterin Mama niliki suaminya Tante Naning.”

Tante Naning ini adalah salah satu temen Mama yang udah familiar banget buat saya karena sejak saya kecil, beliau suka main ke rumah, nginep, dan (yang paling penting) suka bawain makanan.
Saya mendadak males banget. Tapi nggak mungkin nolak karena takut dikutuk jadi batu. Semales malesnya, saya nggak berani mbantah.
Akhirnya dengan ogah-ogahan saya ganti baju dan ngeluarin motor. Selama di jalan, kalo Mama ngajak ngomong saya cuma jawab pake anggukan atau gelengan kepala. Jahat, ya? Iya.

Saya masih kesel begitu sampe di parkiran motor. Tetep bete dan diem aja.

Mama ngajak saya nunggu di depan UGD. Katanya, nanti Tante Naning bakal jemput soalnya jalan ke kamar suaminya dirawat agak susah dicari.

“Nah! Itu lho Tante Naning!”

Seiring seruan Mama, saya menoleh dan liat perempuan yang sudah saya kenal. Tante Naning pake celana training olahraga sama kaos dan kerudung. Warnanya nggak matching. Sangat kontras sama mama saya yang bajunya jauh lebih rapi.

Saya jalan ngikuti langkah Mama dan Tante Naning yang cepet banget.

Saya tetap diem aja sampai masuk ke kamar tempat suaminya Tante Naning dirawat. Kamarnya kecil. Lebih kecil daripada kamar tidur saya dan harus diisi dua orang pasien. Secara otomatis saya membandingkan kamarnya Papa saya waktu opname di Batam.

Waktu itu saya sempat sambat dalam hati gara-gara sofa yang ada di sana ukurannya pendek, jadi mau nggak mau kaki saya harus nekuk atau kewer-kewer pas tidur. Sedangkan Tante Naning tidur pake karpet di bawah, dan kakinya harus masuk kolong tempat tidur biar cukup. Kamar papa saya juga dilengkapi kamar mandi dalam, TV, dispenser, bahkan penunggu pasien juga dapet jatah makan. Lagipula, Papa meskipun sendi-sendi kaki sama tangannya bengkak, masih bisa jalan sendiri ke toilet. Gitu lo bisa-bisanya saya masih sambat dalam hati. Saya malu. Banget. Banget. Banget.

Kebetean saya mendadak lenyap tanpa bekas.

Saya merhatiin setiap kalimat yang dikeluarkan Tante Naning dan suaminya sambil tetap diem, tapi kali ini alasannya beda.
Saya merhatiin cerita tentang kronologis kecelakaan yang mereka alami.
Saya merhatiin gimana Tante Naning ngurusin suaminya yang bahkan nggak bisa bangun buat ke toilet jadi buang air (kecil atau besar) pun di atas tempat tidur.
Saya terutama merhatiin bahwa di sela-sela obrolan tentang cobaan ini, mereka masih bercanda.

Kemudian saya mendadak nggak peduli sama warna training, kaos, dan kerudungnya yang nggak matching. Saya malah terharu bayangin gimana setelah kecelakaan itu, dengan kaki yang juga bengkak (meskipun gak separah suaminya yang tulangnya pecah), Tante Naning naikin motornya sendiri ngikutin mobil yang bawa suaminya ke rumah sakit. Saya juga terharu pas tau kalo Tante Naning enggak jijik ngurusin kotoran suaminya, bahkan megang langsung pake tangan.

Saya pengen nangis. Tapi malu. Jadi setiap agak berkaca-kaca, saya mengalihkan perhatian dengan mainin plastik di pinggir tempat tidur.

Di perjalanan pulang, saya menanggapi dengan antusias setiap Mama ngajak ngomong.
Saya nggak sebel pas Mama ngajak mampir masuk gang sempit buat beli pentol bakso yang mau dimasak buat buka puasa.
Saya bahkan nggak ngeluh sama sekali pas Mama mampir beli gorengan di pinggir jalan yang lagi macet banget.
Saya berbuka puasa dengan lahap meskipun cuma pake mi instan sama pentol plus telur rebus dikasih sambel.
Saya nggak ngeluh sama sekali meskipun imam sholat tarawih hari ini bacaan sholatnya agak panjang.
Hari ini saya bener-bener dibuat banyak mikir soal nikmat yang sering saya lupakan.

Di salah satu buku karya Ken Terate yang saya punya, ada kalimat “Kamu akan berhenti mengeluh tidak punya sepatu ketika kamu melihat orang yang tidak punya kaki.”

Benar. Sungguh benar.

Semoga Tante Naning dan suaminya Diberi kemudahan dan ketabahan. Amin.

Kamis, 11 Juli 2013

Teruntuk Maria (3)

Maria La Del Barioso!
Mar maapin yah aku baru bales sekarang. Soalnya aku sibuk banget. Sibuk nganggur, sibuk mager, dan tetep, sibuk cari calon suami biar kamu bisa nepati janji buat dateng ke nikahanku #ihikhikhik

Kamu ternyata mageran juga, ya. Masa sit up diitungin shinee masih mager aja? FANS MACAM APA KAMU, HAH??? JAWAAAAB!!! TEPUK PUNGGUNG SAHABATMUUU!!!
Maaf. Itu tadi adalah skenario ESQ yang terketik secara otomatis.

Info terkini, pelatihan jurnalistik tingkat dasar dipegang BEM FTSP taun ini. Tapi kepengurusan selanjutnya harus di tingkat HMJ. Jadi kita rasa-rasanya nggak bisa ngundang Big Bang buat jadi bintang tamu di PJTD. Yaudahlah nggkpapa, biarlah para personel Big Bang jadi bintang di hatiku aja. Agak menjijikkan dan terlalu cheesy tapi biarin ya. Yang penting bukan cheesy notes. *uhuk* *maafkan aku, Alga*

Eniwei, kemarin kita sungguh kayak sinetron ya. Hanya terpisah jarak beberapa jengkal tapi nggak bisa ketemu :(
Jelas jelas aku lagi nginep di rumah temen tanteku yang sekomplek sama rumahmu, eh kitanya malah gagal ketemuan. Aku malah ketemuan sama satpam yang jaga pos di depan gang.

Kamu kapan ke surabaya? Ada beberapa persoalan sayur oyong yang harus kita omongin segera. Surat ini sampai di sini dulu ya.

Sampai jumpa,
Any Riaya. Bukan ani-nya Rhoma Irama.

Teruntuk Alga (3)

Halo, Ga.
Kamu tau nggak aku bales suratmu lama kenapa? Sebenernya aku balesnya lama itu biar kamu penasaran. Biasalah cewek, sukanya tarik ulur. Kemaren aku bales cepet, sekarang bales lama. Gitu ya, Ga? Jadi tolong nikahin maafin aku ya.

Ngomong-ngomong soal integra, meskipun itu isu yang udah nggak hangat lagi (karena integra bukanlah tahi ayam), apapun hasilnya marilah kita abaikan aja ya. Seperti kata pepatah, yang lalu biarlah berlalu. Hal yang sama berlaku buat mantan ya, Ga. Apa? Kamu belum punya mantan? Sabar ya...

Oiya, kamu masih sibuk ngisi liburan sambil bikin kerajinan nggak? Bikinin aku dong. Yang keren gitu, yang kira-kira sesuai sama kepribadianku yang menarik ini. Rodok karepe dewe ya, udah nggak ngasih rumput sisa maket, malah minta dibikinin kerajinan. Mihihi.
Aku liburan ini sih ya biasalah, cuci baju. Sama ke kampus kadang-kadang. Kalo boleh cerita dikit, kapan hari aku ke kampus dan ada temenku yang motornya kekunci di perpus. Bisa nebak nggak temenku itu namanya siapa? Kalo bisa nebak, itu artinya IQmu di atas rata-rata :')

Sekilas info aja, Ghoik keterima di SMP 19. Deket ITS. Aku sejujurnya seneng dia keterima, tapi agak kepikiran juga soalnya pasti aku yang disuruh anter jemputin dia. Nasib.

Kamu udah di Solo ya sekarang? Selamat puasa di kampung halaman! Jangan mokel lho kalo puasa. Nanti dosa.

Nggak usah bagi-bagi perangko, Ga. Biar antimainstream lebih baik kamu bagi-bagi sayur oyong ke fakir miskin yang membutuhkan. Sekian dan terima rumah, mobil, serta perhiasan.

Salam, Nikita atau Mbechi, wanita 20 tahun yang cantik, anggun, dan mempesona.

Jumat, 21 Juni 2013

Teruntuk Alga (2)

Hae, Ga.

Sumpah aku ngakak baca surat balesanmu. (buat yang penasaran, buka link ini ).

Kamu berangkatnya minggu ke-2 perkuliahan?
Aku juga mager nih ngecek tanggalnya. Kamu kek ngecek sendiri. Jangan mager, Ga. Mager itu nggak baik. Kalo keseringan mager nanti kamu single terus #ups

OH, JADI MARIO MAURER ITU KAMU??? PANTESAN KOK MIRIP YA. Ternyata emang bener dugaanku selama ini. Misteri yang bikin aku penasaran akhirnya terpecahkan.
Mulai sekarang kamu ijin aja sama kelompok studiomu, jangan mau diajak survei! Sayang kalo kulitmu jadi item gara-gara survei. Karir itu segalanya lho, Ga. Mumpung kamu lagi laris, mending kamu jaga kulitmu baik-baik pake shinz*ui. Suruh aja anak lain yang survei, kamu leyeh-leyeh aja di rumah, ngasih makan biawak. Tinggal tau jadi aja. Biasanya yang leyeh-leyeh nilainya lebih bagus daripada yang kerja soalnya.

Soal banci Thailand yang lebih cantik daripada aku, aku nggak mau komentar apapun.

Apalagi soal aku yang liburan ini beratnya bakal nyaingin gajah. Aku nggak akan mau komen.

Bilangin nenek tetanggamu, aku mau diangkat jadi cucunya asal dia punya cucu yang ganteng yang siap nikahin aku. Jangan lupa, bilangin aku minta rumah sama mobil buat mas kawin.

Ide Kerja Praktekmu lumayan juga ya. Kita udah nggak jamannya ikut proyek pemerintah atau proyek dosen. Ini saatnya kita buka proyek sendiri. Proyek maket paket lengkap. Niscaya junior kita bakal langsung pesen. Gimana enggak, kita udah mahir, Bro. Udah tau bahan-bahan sama trik bikin maket. Udah tau tempat beli payung-payung lucu buat dipasang di maket. Udah tau lem apa yang paling pas buat ngelem jaring-jaring maket.

Eat Bulaga itu beneran nagih. Aku udah liat yang sayur lodeh berkali kali dan tetep ngakak. Tapi coba liat deh videonya Bayu Skak. Itu juga gak kalah lucu dari dua anak yang sibuk nebak nama sayur.

Gini dulu, deh. Aku nulisnya bukan gara-gara kangen kamu kok. Aku kasian aja soalnya kayaknya kamu pengen banget dapet surat. Kamu seneng kan tak suratin? Seneng kaaan? *kedip cantik* *kelilipan*

Doakan Ghoik ya, dia mau tes TPA buat masuk SMP.
Trims perangkonya. Tapi aku nggak suka koleksi perangko. Sukanya koleksi mantan.

Any Riaya.

Teruntuk Alviani (2)

Hai, Dek Kiiiim!

Lebih baik kita nggak perlu merisaukan apa yang dipikirkan Pak Pos, ya. Lebih baik kita merisaukan siapa pria beruntung yang akan jadi pendamping kita kelak. :’)

Soal soundcloudnya landakgaul, aku beberapa hari yang lalu mention ke kamu lho rekaman suara dia lainnya. Udah didengerin belum? Aku sih nggak berani buka. Takut bulu-bulu telingaku merinding soalnya. Aku orangnya suka nggak kuat dengerin suara yang kepkep gitu.

Aku tau Curious George! Tapi menurutku kartun itu menunjukkan betapa pintarnya monyet dan betapa bodohnya manusia. Aku kurang suka mengakui kenyataan itu. Gimana kalo kita nonton Si Unyil aja? Itu seru. Bayangkan, sebuah boneka (atau lebih, kalo dia ngajak temen) berpetualang keliling pabrik (atau apapun) buat ditunjukin ke kita! Betapa mulianya Si Unyil. Sungguh bersih hati Si Unyil. Terimakasih, Unyil...

Kem, tau nggak, inilah nasib orang yang menjalani LDR. Aku nggak bisa ada di sisi Taeyang buat menghibur dia yang lagi terpukul karena kepergian Boss
Sebenernya aku mau langsung terbang ke Korea begitu Taeyang ngabarin Boss telah berpulang. Tapi pas aku mau berangkat, Taeyang bilang jangan. Katanya Korea masih belum aman. Dia takut aku kenapa-kenapa. Padahal waktu itu aku udah sampe Juanda. Jadinya dengan berat hati aku pulang lagi. Perjalanan pulang ke rumah terasa sangat berat karena taksi bandara itu mahal. Belum lagi aku bawa pulang lagi makanan-makanan kesukaan Taeyang yang rencananya mau tak kasih buat menghibur dia. Akhirnya bothok, pepes ikan pindang, pecel, sama sayur asemnya aku makan sendiri. Jangan kaget kalo perutku tambah buncit.
Percayalah kem, LDR itu sungguh berat. Makanya kamu nggak usah lah LDR-LDR-an. Kamu cari aja Mr. Right dari kalangan dokter di sekitarmu.


Selamat KKN di Sampang ya Dek Kim!
Jangan mau minum apapun selain yang hangat. Jaga kesehatanmu. Jangan lupa bawa oleh-oleh air zamzam.

Gimana bisa jadi Ibu Negara kalo Pak Presidennya nggak ada?
Halah mbuh,

Any Riaya.

Teruntuk Maria (2)

Halo lagi, Mar

Sebelumnya, sampaikan selamat ya buat orangtuamu yang barusan ngerayain ulang tahun pernikahan :’)
Sampaikan juga kalo traktirannya bisa dititipin ke kamu. Halah.

Sebenernya aku mau cerita-cerita soal nilai lagi tapi... ya sudahlah. Nanti aku makin sedih dan nggak bersyukur. Nanti aku jadi pengen pasang status “tears drop again” ala Laily. Nanti aku jadi pengen nikah muda dan cepet punya anak kayak Marshanda. Anaknya lucuuu banget btw. Lebih lucu anaknya daripada suaminya. *Ya iyalah, Nyet*.

Berat badanmu mentok di 50 kg? Kadang dunia ini sungguh tidak adil. Kamu bilang selama liburan makan ngunyah-ngunyah terus tapi mau berat nambah aja nggak bisa.
Fyi, lingkar perutku nambah lagi ini kayaknya... Mau sit up rasanya mager banget. Kecuali kalo yang ngitungin jumlah sit up-nya Taeyang atau Taecyon, itu beda cerita. Mungkin kalo beneran mereka berdua yang memantau jadwal sit up ku, kalian semua bakal kaget soalnya pas masuk nanti mungkin perutku bakal rata dan keren kayak Kajol. Mungkin Shahrukh Khan bakal dateng ke PWK buat nemenin aku nari keliling ITS.

Kamu bolak balik Surabaya Malang terus ya liburan ini? Kemaren pas ngumpulin UAS PKP kan juga. Parah kamu, Mar. Parah. Kamu nggak konsisten. Sebenernya kamu lebih suka Malang apa Surabaya, hah? Jawaaaaab!
Kamu Arema apa Bonek, hah? Jawaaaaaab!


Eh Mar, aku udah dapet kisi-kisi Pelatihan Jurnalistik nih. Aku takut. Bisa nggak ya kita ngadain itu? Kita mau ngundang siapa?
Gimana kalo kita undang Big Bang sama 2 pm? Nggak nyambung ya? Baiklah. Mari kita abaikan usulku barusan.


Ngingetin aja sih, di buku agendamu ada janji nraktir aku Fujiyama Roll kan? Kapan mau ditepati? Ehehehehehehehehehehehehehehe.

Tak enteni lo ya. Ehehehehehehehehehehehehehehe.


Sampai jumpa di meja Suteki, dengan dua porsi Fujiyama Roll, plus bonus satu porsi Tako Roll,
Any Riaya.

Kamis, 20 Juni 2013

Langsung Dapet Balesan

Eniwei...dua surat pertama saya langsung dapet balesan lho. Enak ya kirim surat, langsung dapet balesan. Emangnya perasaan, bertahun-tahun naksir gak dibales bales? Uhuk.

Ini balesan dari Maria

Dan ini balesan dari Dek Kim atau yang nama aslinya Alviani


Tunggu ya teman-teman. Pasti aku bales pas aku udah nikah secepatnya kok.

Makaxi!

Teruntuk Alga

Halo, Ga.
Ini surat ketigaku didedikasikan buat kamu. Tepuk tangan dulu dong. Tepuk tangan yang biasa aja ya, nggak perlu tepuk pramuka. Aku takutnya nanti kamu direkrut buat jadi kakak pembina.

Oiya Ga, kamu jadi ke Thaliland kapan? Jadi gini, to the point aja ya, tujuanku nulis surat ini adalah...buat minta oleh-oleh. Boleh request nggak?
Aku sih sebenernya pengen dibawain jodoh. Ya...minimal yang memper Mario Maurer gitu lah. Yang ganteng. Biar bisa dipamerin waktu ada kondangan. Tapi kalo gak bisa bawain jodoh ya, gajah Thailand boleh lah. Buat digemes-gemesin waktu malem minggu.
Kalo gak bisa juga, ya terserah deh Ga. Apa aja pokoknya oleh-oleh. Asal jangan banci aja ya. Kalo kamu berani bawain aku banci, kayaknya pertemanan kita cukup sampai di sini aja.

Ngomong ngomong, biawakmu apa kabar? Inget biawak aku jadi inget pas kelompok dewa tunjungan garap maket di rumahmu. Aku mendadak inget pas malam terakhir, kita pulang jam 2 malem dan diintip nenek tetanggamu dari balik pager. Pengalaman yang cukup menyeramkan.
Bikin maket itu emang perjuangan ya. Terlalu banyak yang kita korbankan. Berapa banyak lem yang kita habiskan, coba hitung kalo bisa. Jangan lupa juga hitung berapa butir nasi goreng yang dibelikan Bapakmu buat kita. Hitung juga berapa kali "Ani" sesenggukan pas dibentak sama "Rhoma". Hitung berapa pasangan yang cinlok selama pembuatan maket *lirik Reny sama Lia*. Tapi yasudah lah jangan diitung-hitung. Toh nilai perangkot sudah keluar. Alhamdulillah perjuangan kita nggak sia-sia ya. Nilainya nggak kalah sama maket yang harga tiga juta.

Ngomongin maket, aku mendadak pengen pup. Nggak tau kenapa. Mungkin karena aku masih single jadi bawaannya pengen pup terus.


Yaweslah. Gini dulu aja. Bales ya bales ya.


Salam buat Bapakmu dan biawaknya,
Any Riaya.

Selasa, 18 Juni 2013

Teruntuk Alviani

Halo, Dek Kim!

Sesuai janji, habis nulis surat buat Maria, kamu dapet surat yang kedua
Kamu apa kabar? Jempolku sakit nih gara-gara kita chatting gak mandek sejak hari apa ya aku lupa. Mamanya. Suera yo ngomongin sembarang.

Pas nulis ini aku sambil lihat Thomas and His Friends. Tadinya aku takut ngeliat kereta api yang ada mukanya terus bisa ngomong. Ternyata pas tak kuat-kuatin liat, ceritanya bagus juga. Penuh pesan moral dan bermakna. Kamu suka liat nggak? Kalo enggak, ada baiknya kamu liat. Mungkin bisa menghibur hatimu yang masih gundah gara-gara nggak bisa nonton World Tour-nya G-Dragon. One of A Kind ya kalo nggak salah?
Saking galaunya sampe sakit. Aigoo. Aku yakin itu si GD udah ngirim guna-guna ke para fansnya di Indonesia. Apalagi Eba juga ternyata sakit. Setelah diruntut ke belakang, rupanya GD bawa TOP ke sini. Pantesan Eba ikutan sakit.
Untung GD nggak bawa Taeyang, karena munkin aku juga bisa ikutan sakit. Untung GD nggak bawa Daesung, karena munkin Bibo juga bisa ikutan sakit.
Aigooo. Pesona cowok-cowok Big Bang memang melemahkan para wanita.


Segini dulu deh, aku mulai sakit perut dan kebelet pup. Dek Kim, menurutmu kalo aku kebelet pup gini, Taeyang bakalan ikut ngerasain mules juga nggak?

Baiklah, sebelum semua ini semakin random dan tidak jelas, dan sebelum saya pup di celana, udah dulu ya.

Jangan lupa dibales.


Belajarlah jadi dokter yang baik. Masa depan bangsa ada di tangan kita. Halah serius banget yo. Habis ngetik ini, aku merasa kerutan di mukaku nambah segaris.


Salam buat masyom,
Any Riaya.

Senin, 17 Juni 2013

Teruntuk Maria

Halo, Mar
Akhirnya kesampean juga nulis surat ke kamu. Dulu niatnya mau surat-suratan beneran ala pembaca bobo. Tapi males beli perangko. Males ke kantor pos. Jadi ya sudahlah lewat blog aja. Biar sekalian blog kita ke-update terus gitu ya.

Btw, nilai HAP sudah keluar. Kampret banget. Nilai kita sama ya, gak puas aku liate. Semoga nilai yang lain lebih bagus cek kece ngono lo. Cek bisa pamer. Cek bisa ketok pinter. Cek bisa cepet punya pacar.

Liburan ini aku niatnya pengen ngurusin badan. Minimal sekurus kamu sama Nanda lah. Biar SNSD makin seksi dan seragam. Masa aku tok yang buncit. Atau... daripada aku susah-susah ngurusin badan, gimana kalo kalian aja yang nggemukin badan? Gemuk itu nggak kalah seksi sama yang kurus lho. Pokoknya kita harus makin proporsional ngono ya badannya. Cek bisa pamer. Cek bisa ketok cantiks. Cek bisa cepet punya pacar.


Yaudah lah segini dulu aja ya. Aku mau menjalankan siklus liburanku (mangan-turu-pup). Hari ini aku udah makan bolak balik, tidur bolak balik, tinggal pup-nya aja yang belum. Doakan aku bisa lancar ya pup-nya.


Jangan lupa dibales ya.
Kthxbai.


Salam,
Any Riaya

#KataNikita

Sekarang ini teknologi sudah semakin membabi buta. Sosial media sudah merambah semuanya.

Saya mendadak iri sama jaman Mama dulu. Jaman kirim-kiriman surat. Kayaknya keren aja, gitu. Lebih penuh perjuangan. Gak kayak sekarang. SMS, BBM, Whatsapp, Line, KakaoTalk, WeChat, halah mbuh buanyak pokoknya.

Sensasi berkirim surat itu lho, pengen banget ngerasain.
Tapi perangko, amplop, dan pergi ke kantor pos itu akan sangat ribet jika dipandang dari sudut pandang perempuan mager seperti saya.
Jadi...win win solution yang mungkin bisa saya tawarkan adalah... saya berkirim surat lewat blog. Haha. Bisa sih lewat email, tapi nanti kalian nggak bisa ikutan baca dong? ;)

SUrat pertama bakal saya tulis buat temen saya yang masih jomblo, Maria la del barioso karena dari awal kita emang rencana surat-suratan. Sejak libur semesteran lalu tapi belum kesampean.

Mumpung lagi libur dan gabut total, mungkin saya mau nulis buat temen yang lain juga.
Mau saya tulisin surat? KOntak saya aja. Bisa lewat komen postingan ini, bisa lewat twitter, BBM, SMS, Whatsapp, sembarang wes. Saya nganggur kok :))

Oiya, surat-surat ini akan saya kasih label #KataNikita. Aiiiii nggak nyambung ya, tapi ya sudahlah...

Minggu, 16 Juni 2013

Diary

Karena terdorong sama novelnya Jacqueline Wilson yang judulnya Hetty Feather dan lanjutannya, Sapphire Battersea, saya ingin rajin nulis diary lagi.

Setelah baca-baca ulang tulisan saya di diary...saya ngikik sendiri. Terlalu banyak 'ternyata' yang muncul

Ternyata saya pernah ngalamin hal-hal ajaib kayak gitu ya...
Ternyata saya bisa nulis pake kalimat kayak gitu ya...
Ternyata saya pernah naksir sama orang yang kayak gitu ya... #eaaa

Ternyata, menulis diary itu penting. Supaya momen-momen yang berharga itu nggak hilang begitu saja. Cieh banget, kan? :))

Maka dua hari belakangan ini, dengan rajin saya bawa buku diary saya kemana mana. Pada dasarnya sih hari ini saya gabut total dan hanya mbambung around di rumah.
Apa itu mbambung around? Mungkin hanya saya dan rumput bergoyang yang tahu. Jadi mari abaikan saja.


Coba tebak, dua hari ini saya berhasil nulis berapa halaman?


Sepuluh! Biasanya dua halaman aja udah syukur. Pernah malah satu halaman udah ketiduran.

Mudah-mudahan saya bisa istiqomah ngisi diary-nya. Tolong dibantu ya...Bim salabim jadi apa? Prok, prok, prok


Ini penampakan diary saya. Warnanya unyu, kan? Kebetulan punya pulpen yang mirip, dikasih temen. Kalo jodoh emang nggak kemana ya #lah #tetep



.

Batas Tipis

Ada batasan tipis antara 'pernah' dengan 'masih'
Tipis sekali
Karena tipis itu makanya jadi tajam
Karena tajam jadinya sakit kalau kena

Katanya sih dulu kamu pernah
Tapi belum tentu juga, siapa tau sebenarnya tidak pernah
Kalau aku sih jelas pernah

Seandainya memang kamu pernah
Belum tentu sekarang masih

Kalau aku sih...


Jelas masih


Nggak enak banget di aku, ya? Sial.

Sabtu, 01 Juni 2013

Sotoy Tingkat Jawa Timur

Inget kan sama adek saya si Ghoik yang suka sotoy? Kalo belum tau, bisa baca postingan yang ini

Saya mau cerita soal ke-sotoy-annya Ghoik yang lain. Jadi gini...

Suatu hari, tersebutlah seorang kakak yang diutus oleh sang ibu untuk menjemput adik bungsunya. Si adik bernama Ghoik. Ghoik memanggil kakak tersebut dengan sebutan 'Mbak Kik'.

Berikut ini adalah perbincangan mereka di atas motor

Ghoik : Aku nanti ada siraman rohani sebelum UN
Mbak Kik : Iya ta? Yang biasanya sama orang tua itu ya?
Ghoik : Lho nggak tau... *agak bingung*
Mbak Kik : Lho yang doa bersama gitu itu kan? *ikut bingung*
Ghoik : Lho? Tak kirain siraman rohani itu... kita disiram siram...
Mbak Kik : *ngakak sampe motornya oleng*


Mau UN disiram siram (apalagi pake air kembang) itu sih bukannya sukses tapi masuk angin woi! Bukannya garap soal ujian taoi muridnya malah kerokan sambil perang sendawa!


Ngidam apa ya dulu Mamanya kok bisa melahirkan anak kayak Ghoik..

*itu mamamu juga lho, Kik* *oiya ya bener juga*

Jelly






source : penelusuran di google



Kira-kira kenapa ya saya ngepost foto-foto jelly di atas?
Kira-kira kenapa hayo?

Kalo kamu pintar, cerdas, serta berbudi pekerti luhur, pasti kamu bisa menyimpulkan #kode yang berusaha saya sampaikan ini.

Saya yakin kamu yang baca blog ini adalah pribadi yang pintar, cerdas, serta berbudi pekerti yang luhur.
Jadi... simpulkan sendiri ya... *tersenyum simpul* *dengan kata lain, bibirnya disimpul pake tali jemuran*

Kethxbai. Kethex bai.
Smell your own kethex and bai.

Kamis, 30 Mei 2013

Makan Enak dan Tidur Nyenyak

Saya selalu merasa aneh sama semboyan Mangan Gak Mangan Sing Penting Ngumpul.

Memangnya perut bisa kenyang dengan ngumpul doang?

Gimana kalo gara-gara kita sakit gara-gara lebih belain ngumpul ketimbang makan?
Bukannya kalo sakit kita malah nggak bisa ngumpul?

Alangkah baiknya kalo semboyan itu kita balik saja, menjadi Ngumpul Gak Ngumpul SIng Penting Mangan. Siapa tau ngumpul-ngumpul yang kita lakukan itu sebenarnya tidak perlu. Bukankah lebih baik kita mangan?



Ngomongin soal makan, saya sebenarnya punya satu cita-cita (atau motto ya? Sebenarnya saya nggak begitu paham --v)

Cita-cita saya adalah... "Bisa Makan Enak dan Tidur Nyenyak Setiap Hari".

Aneh ya? Memang.

Tapi sesungguhnya cita-cita itu bukan sembarangan lho.
Untuk bisa mendapatkan kenikmatan berupa makan enak dan tidur nyenyak, kita harus benar-benar hepi. Iya kan? Ketika kita bahagia, semua makanan bakal kerasa enak dan kita bisa tidur dengan nyenyak lalu bangun dengan bugar dan ceria.

Jadi, biar bisa menggapai cita-cita tadi, saya harus bisa memandang positif semua masalah. Bisa berarti juga saya harus selalu bersyukur.

Abot ya? Hehe. Enggak deeh, masih abotan anak gajah kok. Santai aja. Jangan terlalu serius ah, ntar cepet tua.

Cause When You’re Around I Feel Safe And Warm

On the night like this
There’s so many things I want to tell you
On the night like this
There’s so many things I want to show you
Cause when you’re around
I feel safe and warm

When you are around
I can fall in love every day
In the case like this
There are a thousand good reasons
I want you to stay


Kapan ya bisa nemu yang bisa bikin ngerasa "safe and warm"?

Hmm... sepertinya saya butuh microwave segera deh.
Dari dulu kepengen beli tapi belum kesampean sampe sekarang.


#Ealah #TernyataMicrowave #KirainApa #MakanyaJanganSotoy #LebihBaikKitaMakan #SotoyCakHar #EnakLho #BukanIklanLho



ps : penulis postingan ini masih belum waras. Tolong selamatkan dia... dari belenggu tugas-tugasnya. Yang berhasil menyelamatkan akan mendapat imbalan. Pajak ditanggung penyelamat, karena penulis orangnya agak pelit dan nggak mau rugi.

Cah Wedok, Mitos, dan Tugas

"Cah wedok tangine awan awan iku gak apik" (anak perempuan itu enggak baik kalo bangunnya siang)

ADA NGGAK PENGECUALIAN BUAT CAH WEDOK YANG HARUS BEGADANG NUGAS?

ADA NGGAK PENGECUALIAN BUAT CAH WEDOK YANG TUGASNYA BARU SELESAI JAM 4 PAGI?

ktxbai.
Btw "ktxbai" di atas maksudnya bukan "oke thanks bye", tapi "kethex bai".
Smell your own kethex and bai.



ps : cah wedok yang menulis postingan ini sedang kurang waras karena tugas-tugas yang beringas. Beberapa menit yang lalu dia ditemukan tertidur di depan laptop saat sedang menyusun daftar isi tugas Transportasi I.

Piye to Nduk, Nduk...

Minggu, 26 Mei 2013

Ketika Shampo Kucing dan Shampo Mobil Lebih Mahal Ketimbang Shampo Manusia

Bagaimanapun, bahkan di jaman sekarang -ketika shampo kucing dan shampo mobil lebih mahal ketimbang shampo manusia-, terkadang ada kalanya kamu pengen menyepi di rumah. Jauh dari hiruk pikuk rutinitas. Rutinitas yang nggak sejalan. Yang aneh. Yang bikin...*HAAAAAH SAKING GAK PAHAMNYA SAYA GAK TAU HARUS NULIS APA!*

Tapi rumah beneran lo ya. Yang ada Papa, Mama, Ote, sama Ghoik. Ada Bakna sama Mbak Ing juga.

Soalnya jaman sekarang, -ketika shampo kucing dan shampo mobil lebih mahal ketimbang shampo manusia-, banyak yang disebut rumah tapi...nggak 'rumah-able'. Tsk. Susyah.

Rabu, 03 April 2013

Muak(sudmu apa hah??)

Pernahkah kamu merasa sangat muak akan sesuatu? Saya ulangi ya. Pernahkah kamu merasa SANGAT MUAK akan sesuatu?

Saya pernah. Eh Salah. Saya sedang mengalaminya.

Rasanya sungguhan buntu, sumpek, enek, apapun lah itu jadi satu nyampur kayak es campur.

Sejauh ini yang bisa bikin saya nggak kabur adalah satu helai tali tipis yang bahasa abotnya tanggung jawab.
Bok. Bahasa saya.

Pengen gitu ya motong itu tali terus saya kabur, lari-lari centik ke pelukannya Taeyang. Tau Taeyang nggak? Itu lho, personelnya Big Bang yang paling seksi. Kalo nggak tau ya udah. Kok jadi ngomongin Taeyang ya btw.


Oke fokus lagi.


Sekarang ini, saya lagi merasakan titik puncak kejenuhan sama rutinitas. Saya capek. Bosen. Saya butuh variasi kegiatan lain yang baru dan menghibur gitu, di luar yang biasa saya lakukan tentunya. Menemani hari-harinya Taeyang, misalnya. Kok Taeyang lagi? Ya sudahlah, monggo diabaikan.

Sebelum postingan ini semakin nggak jelas dan kening kamu makin berkerut, ada baiknya saya cukupkan saja. Tapi saya masih muak. Kthxbai.
*gelantungan di lengan berotot kekarnya Taecyon 2 pm*

Minggu, 24 Maret 2013

Win Win Solution

Satu hal lagi tentang saya yang mungkin kamu harus tau. Saya ini orangnya susah bikin keputusan. Terutama keputusan yang bisa menguntungkan dua belah pihak.

Kadang kalo saya mikirin orang lain, saya nggak untung. Di sisi lain, kalo saya terlalu mikirin diri sendiri, berarti saya jahat dan merugikan orang lain. Bingung, kan? Sama. Saya juga.

Salah satu win win solution yang pernah saya tentukan (dan itu sangat jarang) adalah postingan ini. Kamu bisa 'membaca' saya, dan saya bisa lega karena sudah mengeluarkan isi kepala lewat ketikan sepuluh jari. Tapi bohong. Saya nggak bisa ngetik dengan teknik sepuluh jari meskipun sudah diajarin sejak SD. Nggak penting, ya? Memang.

Jadi gitu ya, saya ulangi sekali lagi kalo kamu kurang jelas baca kalimat di atas (sebenernya saya cuma pengen banyak-banyakin kalimat aja sih). Kamu bisa 'membaca' saya, saya bisa mengeluarkan isi kepala. Cukup adil, bukan?

Jumat, 22 Maret 2013

Get Well Soon :'(

Pa, Papa cepetan sembuh ya.

Pas aku tau papa harus opname gara-gara asam uratnya kambuh lagi, aku bingung. Aku nggak tau harus ngapain. Rasanya kalo aku ketawa ketiwi di kampus atau di rumah, aku jadi anak durhaka. Papanya sakit sendirian di Batam tapi akunya malah ketawa. Tapi kalo nggak gitu aku nangis, kan aku gembengan :(

Aku pengen ke Batam lagi aja, tapi katanya Mama tiket ke sana mahal banget.

Aku selalu berdoa kok habis sholat, biar Papa cepet sembuh. Cepet sembuh ya, Pa.

Jumat, 15 Maret 2013

Daftar Hal Yang Bikin Saya...

Hal-hal yang bikin saya teriak "IKI OPO SE???" dalam hati :

1. Pas saya lagi nggak mood, apalagi kalo PMS, terus saya harus denger omongan orang yang idealis banget. Teoritis. Padahal nggak tau deh nanti aksinya sama atau enggak. Saya dengernya capek. Mungkin gitu ya namanya keseimbangan alam, ada yang idealis megang prinsip banget, ada yang suka yang santai-santai aja kayak saya. Ada yang tontonannya debat politik, ada yang tontonannya infotainment. Ada yang bacaannya konspirasi-konspirasi, ada yang bacaannya komik Miiko atau Yotsuba (sumpah lucu banget! :3). Nggak salah sih suka sama yang 'berat', tapi berhubung ini blog saya jadi ya pasti saya memenangkan diri sendiri lah :))

2. Baca twit yang 'terlalu memotivasi'. Nggak tau ya. Aneh aja gitu bacanya. Mungkin karena saya-nya emang suka sama twit yang nggak terlalu serius, jadi kalo baca yang terlalu serius suka ngerut-ngerutin alis. Selain yang terlalu serius, saya juga agak syerem kalo baca twit yang terlalu #kode. Iyasih #nomention , tapi kalo udah jelas banget kan ya gimana. Terus nanti kalo ada yang ngomentarin dibilang kepo. Padahal segala sesuatu yang terpampang nyata di twitter ibaratnya suguhan. Dimakan boleh, enggak juga silakan. Dibaca doang boleh, dianalisis juga gak salah.
Biasanya setelah bilang "IKI OPO SE???" dalem hati, saya skip aja twit bersangkutan. Daripada alis saya capek dikerut-kerutin terus, kan? Ntar alis saya kekar bisa gawat.

3. Setelah saya pikir-pikir, setelah dibaca ulang, ngapain coba saya bikin daftar beginian. Mending bikin daftar tugas apa dulu yang mau dicicil. Lebih berguna dan produktif.


Setelah baca ini, kamu teriak "IKI OPO SE???" nggak dalam hati? =))

"Pasti lagi gosip ya...?"

Oke. Melalui postingan ini, saya mau klarifikasi. Sedikit.
Jadi, sering banget pas saya lagi ngobrol rame-rame gitu pasti ada temen yang baru dateng terus bilang, “pasti lagi gosip ya...?”
Tadinya saya gak merhatiin. Tapi lama-lama kok saya jadi mikir, perasaan saya juga gak gosip melulu. Emang sih kadang ada gosipnya dikit, tapi dikit kok. Dikit.

Nih ya, saya emang orangnya suka ngobrol dan banyak omong. Saya suka banget ngomongin hal-hal ringan dan gak penting. Semuanya. Jadi catat ya, bukan cuma gosip -_-

Kalo lagi kumpul temen gitu biasanya saya cerita-cerita hal gak penting. Kayak hal konyol dalam keluarga, artis ganteng, lagu yang aneh, makanan enak, twit-twitnya selebtwit, banyak deh tergantung lagi ngobrol sama siapa.

Kenapa suka ngomongin yang gak penting?
Gimana ya bilangnya, mungkin ngomongin hal-hal yang gak penting buat orang lain itu buat saya penting. JAUH lebih penting dan menarik daripada ngomongin hal-hal penting seperti politik, organisasi, yang berat-berat gitu deh. Mungkin buat beberapa orang ngomongin hal berat itu lebih berguna, lebih produktif. Orang kan beda-beda sih, jadi ya sudahlah.
Buat saya ngobrolin hal nggak penting itu kayak apa ya, hobi yang menghibur gitu.
Dalam pikiran saya sih gini, kuliah itu sudah berat. Tugas-tugasnya juga berat. Badan saya juga berat. Ngangkat galon di rumah juga berat. Mikirin jodoh juga berat. Jadi ya masak ngobrol sama temen juga yang berat-berat? Capek dong. Ntar lidah saya jadi kekar dong.

Mulai sekarang, yang bilang “pasti lagi gosip ya...?” (apalagi kalo ujung-ujungnya ikutan ngobrol dan bawa gosip untuk konsumsi bersama) padahal saya gak lagi gosip, awas aja *mendelik penuh ancaman* *zoom in* *zoom out*

Jumat, 04 Januari 2013

Ikut-Ikutan Hela

Saya barusan baca postnya Hela dan iseng ngisi tes psikologi yang ada dari sini

Hasilnya adalah ini
1.anda begitu setia pada pasangan anda
2.anda orang yang suka menyimpan segalanya untuk diri sendiri
3.Teman manapun yang datang, kamu akan terima dan mempercayai mereka sepenuhnya
4.apa yang kamu inginkan dalam hidupmu cuma setengah terpenuhi
5.kamu lemah dalam hidup ini dan cenderung rapuh
6.kamu punya sedikit teman baik dalam hidupmu
7.Hubungan terakhir kamu tidak baik dan tidak kamu ingat dalam memorimu
8.ketika pasanganmu di dekat kamu, kamu akan melirik yang lain
9.ketika pasangan kamu tidak ada, kamu masih akan melirik yang lain
10.kamu punya ego rata-rata
11.Kamu punya kepribadian rendah hati
12.ikatan dengan teman-temanmu tidak begitu kuat/sedang-sedang saja
13.kamu hanya setengah suka/cinta pasanganmu
14.pasanganmu type yang liar
15.kamu akan mencari pasanganmu kapanpun kamu ketemu masalah


Beberapa ada yang sama kayak Hela sih, tapi yang jadi fokus saya adalah...poin 14. Sekian dan terimakasih.

Berantakan

Maaf ya, blognya lagi dalam masa perbaikan. Mungkin baru sempat dibenerin lagi waktu liburan (._.)9

Cheers

Semester ini saya dapet mata kuliah Kependudukan. Sebenernya intinya adalah, jumlah penduduk itu cenderung naik ketimbang turun. Jumlah penduduk yang makin banyak ini juga cenderung menimbulkan masalah ketimbang jadi potensi. Nah.

Saya sudah bilang kan, penduduk itu makin banyak. Manusia beranak pinak terus gitu deh. Masalahnya adalah, makin banyak manusia berati makin banyak kepala. Makin banyak kepala berarti makin banyak pola pikir yang semuanya beda-beda. Nggak bakal ada yang persis sama. Padahal, manusia itu kan makhluk sosial kan. Hidupnya pasti berinteraksi sama manusia yang lain. Nah lagi.

Saya adalah salah satu manusia yang ada di dunia. Mau nggak mau, saya harus berurusan sama manusia-manusia di sekeliling saya dong. Berasa manusia goa yang perkasa aja kalo bilang gak butuh orang lain, karena bahkan manusia goa pun butuh manusia lain.

Jadi...gitu deh. Kadang-kadang susah juga ya berinteraksi sama orang lain. Maksud saya, susah banget harus memahami karakter orang yang beragam dari A sampe Z. Susah banget memaksa otak sendiri untuk mencerna isi otak orang lain. Pengennya sih males, tapi kalo nuruti males kok ya nggak ilok karena bikin diri saya nggak maju-maju.


Sebenarnya tulisan ini bukan untuk menyalahkan atau menyindir manusia lain seperti yang beberapa kali saya lakukan : ))

Sesungguhnya, tulisan ini dibuat untuk menyalahkan dan menyindir diri sendiri sih. Tapi kamu yang baca jangan ikutan menyalahkan dan menyindir saya ya. Lebih baik kamu transfer uang ke rekening atau transfer pulsa ke nomer hape saya karena itu semua akan lebih berguna. Cheers.

Ada Kalanya

Ada kalanya ketika kamu sudah merasa melakukan yang terbaik, tapi ternyata belum cukup baik.
Ada kalanya ketika kamu merasa ingin mengerjakan segala sesuatunya sendiri, tapi kamu belum bisa mandiri
Ada kalanya ketika kamu berharap semua ini tidak perlu dimulai, tapi kamu harus mengakhiri
Ada kalanya ketika kamu merasa akan meledak, tapi harus menyamarkan jadi gelak


Ada kalanya hal wajar yang bernama tugas bisa jadi demikian beringas.